Didiagnosa Bipolar

Photo by Ehimetalor Akhere Unuabona from Unsplash
Setelah bercerita mengenai pengalaman pertama depresi dan hipomanik, kali ini gw akan cerita bagaimana proses diagnosa bipolar gw.

Gw ke psikiater baru untuk konsul karena mengalami hipomanik yang sampai melukai diri dan merusak barang-barang. Gw merasa ini bukan diri gw banget dan orang tua gw juga concern dengan hal ini. Saat sesi konsul, dokternya seperti biasa nanya ada keluhan apa, riwayat sebelumnya, apa ada obat yang diminum selama ini, trigger dan masalah apa yang sedang terjadi. Gw ceritakan semua dengan detail.

Dokternya ga mengatakan gw bipolar atau depresi atau apapun itu. Dia hanya bilang sepertinya mood gw lagi kurang baik. Dan gw juga saat itu belum mengenal kata bipolar. Jadi gw yaudah lah ga mesti dapet diagnosa baru juga gpp. Beliau meresepkan obat lalu gw pulang.

2 minggu kemudian gw balik untuk kontrol sesuai arahan dokter. Obat gw minum sesuai petunjuk. So far tidak ada efek samping yang berarti. Tapi manfaat obatnya belum bener-bener terasa. Ya katanya memang begitu obat psikiatri ga langsung bisa berasa manfaatnya, ada yang perlu waktu beberapa minggu. Sesi kali ini gw digali lebih dalam tentang masa lalu, kegiatan gw, dsb. Beliau masih belum menyebut diagnosa gw apa. Gw juga masih santai. Sesi kedua selesai.

Suatu saat, gw sedang belajar mengenai ilmu psikiatri di kampus. Kebetulan sebagai mahasiswa kedokteran ilmu psikiatri ada dalam kurikulum. Gw punya buku yang menjelaskan berbagai jenis gangguan psikiatri. Karena dokter gw menyebutkan tentang mood gw yang lagi ga stabil, jadi gw buka bagian gangguan mood dalam buku itu.

Ada tentang depresi, ini sudah lebih gw pahami karena diagnosa awal gw depresi. Gw buka halaman selanjutnya, ada yang disebut Gangguan Afektif Bipolar. Hmm, namanya menarik, baru denger nih. Gw mulai baca tentang itu. Semakin gw membaca, semakin gw penasaran karena kok sepertinya ini menggambarkan diri gw ya.

Hanya ada satu yang mengganjal, di buku tersebut disebutkan tentang manik, tapi gw ga merasa diri gw bener-bener merasakan manik. Daripada penasaran, akhirnya pas konsul lagi gw sampaikan ke psikiater mengenai temuan gw ini. Saat itulah beliau menyebutkan bahwa iya gw bipolar, yang tipe 2, which is sebatas hipomanik, lebih dominan depresinya. Disana ada 2 rasa yang gw alami, lega karena tau apa yang sebenarnya terjadi dengan diri gw, sekaligus cemas.

Tentu saja gw cemas, apa yang disebutkan psikiater itu sebuah istilah diagnosa yang ga mudah untuk dijalani. Di buku yang gw baca disebutkan kalau ini gangguan yang kronis, perlu minum obat jangka panjang, dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Ya tentu gw membayangkan bagaimana gw menyelesaikan pendidikan dengan kondisi ini, bagaimana nasib gw kedepan, selama apa gw bakal minum obat, apa gejala yang akan gw alami, seberapa mengganggu kah bipolar ini dalam hidup gw. Semua pertanyaan itu terlintas bikin overthinking dan panik cemas.

Akhirnya gw mencoba mencari informasi sebanyak mungkin mengenai gangguan bipolar. Well, ga banyak yang gw temukan. Saat itu belum populer instagram, tiktok, dll. Paling hanya ada artikel kesehatan dari luar negeri, itu juga terbatas. Selain itu gw jadi beli buku psikiatri untuk mahasiswa kedokteran dan menjelajahi buku itu lebih dalam di bagian gangguan bipolar.

Setelah mencari informasi, sedikit punya harapan karena dikatakan bipolar gejalanya bisa terkontrol dengan terapi yang tepat. Minum obat, psikoterapi, support lingkungan, dan upaya pendukung pemulihan lainnya.

Selanjutnya, gw berusaha dengan susah payah untuk menerima bahwa saat ini gw hidup bersama gangguan bernama bipolar. Nanti dilanjut di post berikutnya ya.

Intinya, gw jadi tau apa yang terjadi dalam diri gw, lalu sedikit-sedikit tau juga mesti ngapain. Yang gw lakukan adalah rutinin minum obat sesuai arahan psikiater, rutin konsultasi dan psikoterapi. Dukungan saat itu masih minim. Next gw akan cerita juga mengenai support system ya. Upaya pendukung pemulihan juga belum gw lakukan, saat itu belum populer mindfulness, meditasi, atau terapi seni. Walaupun begitu, paling nggak ada terapi yang masih gw jalani.

Dunia serasa runtuh? Iya. Depresi lagi? Iya. Bingung, cemas, panik, insecure? Tentu. Tapi semua itu pada akhirnya bisa gw kelola saat ini, 13 tahun kemudian. Well, setiap orang dengan bipolar itu perjalanannya beda-beda ya, ga selalu harus bertahun-tahun sampai bisa nerima dan mengelola. Jadi, enjoy aja perjalanannya. :)